KARAWANG,Sakatanews.com-Mahasiswa Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang yang melalukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Tanjungpura, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, menilai UMKM kerajinan gerabah dan tanaman hias di kelurahan tersebut memiliki potensi yang besar untuk berkembang. Namun perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang masih sangat minim.
Hal itu diketahui setelah ia bersama mahasiswa UBP lainnya melalukan KKN di Kelurahan Tanjungpura.
Kegiatan kunjungan berlangsung di tempat produksi gerabah dan tanaman hias, yang dihadiri Abu Khoir selaku Ketua RT 04 RW 02 dan beberapa Mahasiswa KKN dengan menerapkan prokes.
Sekretaris Lurah Tanjungpura, Cecep Zarkasih mengatakan, di Kelurahan Tanjungpura terdapat kerajinan gerabah dan tanaman hias yang menjadi mata pencaharian beberapa masyarakat.
“Setidaknya terdapat sembilan pengrajin yang masih bertahan untuk memproduksi gerabah yang merupakan kerajinan yang berasal dari tanah liat,” ujarnya, Minggu (18/7/2021).
Sementara, Ketua KKN UBP di Kelurahan Tanjungpura, Muchammad Miftachul Huda mengatakan, Kegiatan kunjungan UMKM ini bertujuan untuk mengetahui proses perkembangan ekonomi usaha tersebut. Sehingga diketahui UMKM tersebut mengalami kemudahan atau sebaliknya dan bagaimana proses pegolahan Gerabah yang berasal dari tanah liat tersebut.
“Gerabah yang berasal dari tanah liat ternyata dibentuk menjadi beberapa perabotan rumah tangga, seperti gentong, tungku bakar kayu, piring tanah liat, cobek tanah, dan sebagainya yang kemudian pembuatannya dibakar agar menjadi keras dan kuat”, ungkapnya.
Sedangkan salah seorang pengrajin menjelaskan, di Kelurahan Tanjungpura masih menggunakan alat-alat produksi yang tradisional, dari awal pembuatan hingga akhir produksi. Proses pembuatan awal gerabah yaitu menyiapkan tanah liat, pasir, air, alat putar gerabah, benang kawat, sponge/busa.
“Pertama tanah liat dicampur dengan pasir dan air, kemudian diuleni. Setelah itu disisir dengan benang kawat untuk menghaluskan adonan gerabah dan menghilangkan batu yang dapat merusak gerabah. Kemudian diaduk kembali dan dibentuk dengan alat pemutar gerabah. Bila sudah terbentuk sesuai keinginan, maka gerabah harus didiamkan sehari semalam agar sedikit keras. Setelah itu, gerabah dibakar dengan kayu bakar dipembakaran selama 8 jam. Apabila sudah jadi, gerabah akan dijual sesuai pesanan,” paparnya.
Dia mengatakan, permasalahan yang terjadi di kerajinan gerabah adalah sulitnya mencari bahan baku tanah liat. Tanah liat didatangkan dari daerah Plered Purwakarta.
Di daerah Karawang, terutama di Tanjungpura jarang terdapat lahan yang dapat dimanfaatkan tanah liat nya, karena lahan tanah yang kosong sudah mulai berkurang. Untuk itu, pengrajin gerabah di Tanjungpura perlu mengeluarkan modal lebih untuk membeli bahan baku. Selain bahan baku, proses pembakaran juga mengalami kesulitan dalam mendapatkan kayu bakar. Tempat untuk pembakaran masih menggunakan kayu bakar yang sekarang sudah susah untuk dicari,” paparnya.
Muchammad Miftachul Huda, berharap dengan kunjungan UMKM ini perlu diperbaharui tungku pembakaran gerabah menggunakan kayu di gantikan menjadi tungku gas agar lebih mudah dalam mencari bahan bakar. Dan UMKM Gerabah ini perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah terutama pemda Kabupaten Karawang untuk memberikan solusi terbaik untuk melestarikan kerajinan gerabah agar tidak punah.
Selain kerajinan gerabah, di kelurahan Tanjungpura juga terdapat penjual tanaman hias yang berada banyak di sepanjang Jalan Pangkal Perjuangan, meskipun karawang merupakan kota yang beriklim panas namun hal ini tidak menghalangi masyarakatnya untuk menjadikan usaha tanaman hias sebagai mata pencaharian sehari-hari.
Sementara itu, menurut salah seorang pengusaha tanaman hias yang terdapat di Kelurahan Tanjungpura, Jalan Pangkal Perjuangan merupakan tempat yang strategis untuk melakukan usaha ini. Sebab jalan tersebut merupakan jalan akses antara Kabupaten Bekasi dan Karawang. Selain itu di Jalan Pangkal Perjuangan ini pula terdapat pohon-pohon besar sehingga membuat rindang dan tanaman pun tidak mudah layu.
“Usaha tanaman hias di Tanjungpura tidak begitu merasakan dampak dari adanya pandemi dan pemberlakukan berbagai macam kebijakan yang diambil pemerintah terkait penanganan virus covid-19. Bahkan ada peluang yang dapat dimanfaatkan dari adanya pandemi, yakni ketika para pekerja melakukan Work From Home (WFH) maka mereka akan memiliki banyak waktu luang di rumah masing-masing, sehingga mereka akan mencari kesibukan, salah satunya yakni dengan merawat tanaman hias di rumah,” ungkapnya.
Selain melakukan penjualan dengan perorangan dengan menjajakan tanaman hias di sepanjang Jalan Pangkal Perjuangan, pengusaha tanaman hias ini pun menerima order dengan menghias tanaman di rumah/perumahan bahkan di perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar Karawang.
Tanaman hias yang dijual di Tanjungpura merupakan hasil pembibitan di daerah Bandung yang merupakan daerah dengan iklim dengin sehingga lebih mudah dalam melakukan proses pembibitan dan menghasilkan tanaman yang berkualitas.
Pengusaha tanaman hias di Tanjungpura juga melakukan proses pembibitan untuk tanaman-tanaman yang mudah tumbuh dan beradaptasi pada cuaca yang panas seperti daerah Karawang, misalnya bunga meliana, petunia, kaktus dan lain sebagainya.
Sementara itu, Yudi Supriyadi yang merupakan salah satu anggota KKN Kelurahan Tanjungpura berpendapat, perlunya tempat di Karawang dengan teknologi sedemikian rupa untuk membantu melakukan proses pembibitan tanaman. Sehingga lebih mudah tanpa harus menunggu musim yang pas dan dapat menghasilkan bibit yang berkualitas.
“Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila ada perhatian dari pemerintah terkait demi perkembangan dan keberlangsungan usaha tanaman hias di Tanjungpura dan Karawang,” tandasnya.(red)