Menyikapi kembali maraknya tawuran pelajar diawal pelaksanaan pelajaran tatap muka, Komnas Perlindungan Anak Provinsi Jawa Barat meminta semua pihak terkait bisa melakukan fungsi dan perannya dengan baik. Baik itu pihak sekolah, orang tua, pemerintah maupun masyarakat secara umum.
Ketua Komas Perlindungan Anak Jawa Barat, Wawan Wartawan menuturkan, insiden tawuran pelajar dipicu kondisi emosional anak yang tidak terjaga sehingga timbul ketidakmampuan menahan diri dari amarah. Peran serta keluarga dalam hal ini orang tua sangat mempunyai peranan yang sangat penting untuk meminimalisir budaya tawuran di kalangan pelajar.
“Orang tua yang selama pandemi ini selalu berinterkasi dengan anaknya diharapkan bisa berperan secara efektif,” kata Wawan.
Selain peranan orang tua, sekolah juga punya peranan yang sangat besar. Sekolah-sekolah di Karawang harus bekerja ekstra ketat, apalagi saat ini di mana PTM baru saja kembali dibuka, sehingga aturan-aturan penerapan prokes seperti melarang adanya kerumunan wajib harus dilaksanakan.
“Selain harus menyiapakan prokes pelaksanaan PTM yang akan digelar mereka juga harus memikirkan strategi-strategi mengurangi bahaya tawuran pelajar, apalagi situasipandemi ini secara psikologi menggangu juga emosional anak didik,” katanya.
Sekolah, kata Wawan harus kreatif membuat kegiatan-kegiatan yang bisa mengurangi beban psikologis siswa. Hal itu bisa dilakukan dengan memperbolehkan kegiatan olah raga,seni dan budaya untuk mengisi kegiatan para siswa di tengan PTM terbatas yang belum sepenuhnya kegiatan pembelajaran berlangsung optimal.
“Pemerintah derah dan juga pihak kepolisian melakukan tindakan-tindakan preventif dan melakukan tindakan terarah dan terukur dalam menindak para pelaku tawuran,” tukas dia. (skt1)